
NASKAH PRAKTIK BAIK
APRESIASI KEPALA SEKOLAH INSPRATIF
TAHUN 2022
Judul :
“Ekosistem Pembelajaran Berdiferensiasi”
Disusun OLeh :
Nama : Tedi Rustandi,S.Pd
Sekolah : SD Daya Susila
Email : [email protected]
- Pendahuluan
Dengan memahami bahwa pertumbuhan kompetensi pada setiap individu dapat berbeda-beda, Sekolah menerapkan personalisasi sebagai kunci untuk mengembangkan potensi seseorang secara maksimal. Hal ini sejalan dengan UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 pada ayat 3 poin C, disebutkan bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik.
Sekolah percaya bahwa peserta didik dapat menentukan sendiri pembelajarannya sesuai dengan kesiapan, minat, dan gaya belajarnya. Dalam proses belajarnya, peserta didik dapat mengembangkan keterampilannya untuk memilih dan menggunakan teknologi dan sumber yang sesuai untuk mendukung proses belajarnya, menunjukkan pemahamannya dalam model berbasis kompetensi, serta menggunakan asesmen sebagai bagian dari pembelajaran. Dengan memberikan personalisasi dalam proses belajar peserta didik, diharapkan peserta didik dapat menjadi pelajar mandiri yang dapat memonitor perkembangannya dan merefleksikan pembelajaran berdasarkan pemahaman konsep dan penguasaan keterampilannya.
- Isi
- Situasi
Pada Tahun 2005 saya mulai menjadi tenaga pengajar di SD Dharma Widya yang berada di di Kec. Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten. Pada Tahun 2015 saya Mutasi ke sekolah SD Daya Susila yang berada di Kec. Garut Kota Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat yang merupakan tempat kelahiran.
Selama saya bergabung di SD Daya Susila Garut bertugas mengajar kelas sampai dengan tahun 2021. Pada tahun 2021 awal tahun pelajaran saya dipercaya oleh ketua yayasan untuk menjadi kepala sekolah SD Daya Susila.
Pada tahun ke 2 saya sebagai kepala sekolah di SD Daya Susila tentunya banyak hambatan dan rintangan dalam menjalankan tugas saya dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas sekolah, ketika itu bagaimana saya untuk meningkatkan kemampuan saya menjadi pemimpin pembelajar disekolah. Pada waktu yang bersamaan saya mendapatkan informasi mengenai Seleksi Program Sekolah Penggerak yang pada akhirnya saya menjadi termotivasi dan membakar semangat saya untuk ikut dalam seleksi sekolah pengerak. Allhamdulilah dengan ijin Tuhan saya lolos dalam seleksi Program Sekolah Penggerak dan inilah saatnya saya untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang akan meningkatkan kemampuan saya dalam mengelola Sekolah Menjadi Lebih baik.
- Tantangan
Permasalahan yang saya hadapi selama menjadi guru dan kepala sekolah di SD Daya Susila adalah mengenai Kompetensi siswa yang dari tahun ke tahun selalu ada siswa yang mempunyai kompetensi keterlamabatan dalam belajar yang belum ada tindak lanjut dan perbaikan lebih baik dalam pemecahan masalah ini.
Melihat situasi dan kondisi ini tentunya saya sebagai kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam menangani masalah ini serta mencari solusi dalam rangka perbaikan yang lebih baik.
Pada setiap akhir bulan kami melaksanakan rapat bulan yang bertujuan monitoring dan evaluasi mengenai kegiatan pembelajaran di dalam kelas masing masing, wali kelas menyampaikan apa yang sudah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa yang akan dilakukan untuk kedepan. Melihat permasalahan yang dihadapi guru tentang siswa yang mengalami hambatan dalam belajar maka saya melakukan diskusi bersama guru guru terkait pembelajaran Diferensiasi yang belum pernah dilaksankan di Sekolah SD Daya susila. Dari hasil supervisi yang saya laksanakan minggu lalu pada dasarnya guru guru belum dengan baik melaksankan pembelajaran berdiferensiasi secara utuh.
- Aksi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka saya melakukan diskusi dengan pembahasan sebagai berikut :
- Merancang pembelajaran Fokus pada tujuan bermakna yang ingin dicapai.
- Merancang pembelajaran dan asesmen yang bermakna yang melibatkan fisik, emosi, dan stimulus yang tepat untuk proses berpikir.
- Menyadari adanya keberagaman dan melakukan intervensi
- Merancang rencana pembelajaran untuk mengkonkritkan hal-hal yang akan dilakukan di kelas.
- Guru menyusun strategi proses implementasi pembelajaran serta kemungkinan hambatan yang perlu disiapkan dan diantisipasi.
- Guru Sebagai Fasilitator pembelajaran
Sebagai fasilitator pembelajaran yang:
- Memiliki kemampuan melakukan refleksi, yaitu mampu ‘berpikir akan berpikir’ atau metakognisi.
- Memiliki kemampuan komunikasi yang memberdayakan murid agar mampu mandiri dan memanfaatkan potensi dirinya.
- Membimbing peserta didik membangun pemahamannya baik dalam situasi berkelompok maupun pribadi, mengarahkan dengan cara mengajukan pertanyaan bimbingan dan mendengarkan peserta didik.
- Memandu dan memperkaya interaksi yang terjadi diantara peserta didiknya.
- Guru Sebagai Motivator
Guru berperan sebagai motivator dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Memastikan kondisi yang membuat guru dan peserta didik nyaman untuk mengakomodasi unsur keberagaman dengan tetap mengedepankan empati dan harmoni.
- Menumbuhkan keinginan peserta didik untuk mengembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset).
- Menumbuhkan semangat peserta didik untuk mampu mengendalikan diri secara internal dengan komunikasi yang positif dan dialogis.
- Memberikan pilihan dan suara (choice and voice) pada peserta didik untuk terus mengembangkan potensi dirinya.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat diaplikasikan oleh guru dalam beberapa aspek yaitu:
- Konten
Yang dimaksud dengan konten adalah apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada tiga cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:
- Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik berdasarkan tingkat kesiapan.
- Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik berdasarkan minat peserta didik
- Menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh peserta didik berdasarkan profil belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah: Menggunakan materi yang bervariasi
- Menggunakan kontrak belajar
- Menyediakan lokakarya murid dengan durasi pendek (mini workshop)
- Menyajikan materi dengan berbagai moda pembelajaran
- Menyediakan berbagai sistem yang mendukung seperti fasilitas, kebijakan, rutinitas atau program
- Proses
Yang dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi peserta didik sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya.
Dalam pembelajaran diferensiasi proses, cara yang dilakukan bisa dengan kegiatan seperti diskusi. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi proses yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah:
- menggunakan pertanyaan sebagai pemantik
- membagi kelompok diskusi
- menggunakan graphic organizer yang sesuai.
- Produk
Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama 1 semester, dalam bentuk asesmen sumatif. Produk membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari peserta didik. Oleh karenanya seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Produk dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi produk yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah:
- Kegiatan pembelajaran berbasis proyek, yang tidak hanya kegiatan membuat suatu produk saja, namun melalui suatu proses inkuiri yang bertahap, dari pemilihan permasalahan, riset, desain produk, hingga presentasi produk. Sehingga asesmen sumatif di Sekolah adalah terdiri dari rangkaian asesmen formatif yang berupa asesmen dengan dan untuk murid.
- Guru memberikan pilihan produk akhir yang dapat dipilih sesuai minat peserta didik, untuk menunjukkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dituju sebagai indikator.
- Membuat kriteria penilaian dalam rubrik harus dibuat sejelas mungkin sehingga peserta didik tahu apa yang akan dinilai dan bagaimana kualitas yang diharapkan dari setiap aspek yang harus dipenuhi mereka.
- Guru perlu menjelaskan bagaimana peserta didik dapat menampilkan (presentasi) produknya sehingga peserta didik lain juga dapat melihat produk yang dibuat.
- Produk yang akan dikerjakan oleh peserta didik tentu saja harus berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.
Dari hasil pemahaman diatas saya dan guru melakukan kegiatan dengan langkah langkah sebgaai berikut :
- Memodifikasi modul ajar menjadi modul ajar terdiferensiasi
- Melakukan Asesmen diagnostic sebelum awal pembelajaran
- Melakukan pemetaan peseta didik berdasarkan pada kesiapan, minat, dan cara belajar.
- Refleksi
Dari kegiatan diatas mempunyai berbagai kesuksesan dan tantangan.
Kesuksesannya adalah:
- Peserta didik menjadi terlibat sepenuhnya terlihat dengan antusias ketika melakukan diskusi ataupun kegiatan.
- Kebutuhan dari gaya belajar terpenuhi dengan berbagai kegiatan diskusi, bermain, menggunakan teknologi komputer.
- Tugas sumatif benar-benar menunjukkan kompetensi yang ingin dicapai, tidak hanya menunjukkan pengetahuan akan informasi yang dihafal, namun juga bisa mendemonstrasikan pemahaman peserta didik.
Tantangannya adalah:
- Dengan variasi jumlah aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi, memerlukan persiapan ekstra dari guru. Kegiatan dengan menyediakan 9 aktivitas berbeda sangat menyita waktu dan usaha untuk persiapan.
- Kegiatan yang beragam dalam satu waktu, di awal penerapan guru cukup kewalahan karena harus mengawasi peserta didik yang menyebar di masing-masing sudut aktivitas. Peserta didik pun banyak yang masih membutuhkan bantuan dalam melakukan tugas.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan:
- Menyediakan waktu untuk merencanakan dengan matang aktivitas dalam satu kegiatan. Guru bisa berkolaborasi dengan guru lain pada level yang sama untuk bagi tugas untuk membuat aktivitas.
- Perencanaan pembelajaran juga harus menentukan peserta didik mana yang perlu pendampingan ketika kegiatan, apabila ada guru yang bisa menjadi co-fasilitator akan sangat membantu.
- Melakukan kegiatan berbagi sebagai pembelajaran profesi ke forum komunitas guru belajar, sehingga bisa mendapatkan lebih banyak umpan balik dan menjadi inspirasi untuk guru lain yang belum melakukan pembelajaran berdiferensiasi.
- Penutup
Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka Belajar di SD Daya Susila adalah jawaban untuk pertanyaan, “bagaimana kurikulum yang fleksibel dapat diterapkan di sekolah yang dapat memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik (teaching at the right level)? Jawaban ini terangkum dalam naskah pengembangan model yang diimplementasikan dalam tiga jenjang sekolah. Seperti diketahui bahwa di dalam sebuah sekolah atau bahkan sebuah kelas, terdapat berbagai macam karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran (konten), proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, serta lingkungan belajar di mana para peserta didik belajar. Proses pembelajaran berdiferensiasi diterapkan oleh sekolah agar dapat memerdekakan peserta didik dalam belajar karena peserta didik tidak dituntut harus sama dalam segala hal dengan yang lain. Satuan Pendidikan dapat mengadaptasi pembelajaran berdiferensiasi yang dikembangkan oleh sekolah model.